Kebudayaan Lokal
Nama : Foni Tri Yuliana
Kelas : 1EA07
NPM : 10220643
Tema : Budaya Tarian Lokal Daerah Wonosobo
Ada beberapa contoh tarian khas daerah Wonosobo yang terkenal dimasyarakat sampai saat ini masih sering di selenggarakan, diantara lain sebagai berikut :
1. Tari Lengger
Di Kabupaten Wonosobo, ada sebuah kesenian yaitu Tari Lengger. Kesenian ini merupakan percampuran budaya Hindu dan Buddha dengan Islam yang dibawa oleh Sunan Kalijaga. Tari Lengger berasal dari kata “elinga ngger” yang artinya “ingatlah nak”. Lengger tersebut bermakna petuah atau nasehat agar kita selalu ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk berbuat baik kepada semua orang. Pada saat itu, hiburan yang disenangi oleh masyarakat adalah Tayub atau Ledek. Pada saat masyarakat sedang mengadakan hiburan Tayub atau Ledek, Sunan Kalijaga hadir pula ditengah-tengah para penonton. Apabila sudah tiba saatnya untuk sholat, baik itu sholat Dzuhur, ‘Ashar, Maghrib, Isya’, maupun Shubuh, Sunan Kalijaga selalu mengingatkan dengan kata “elinga ngger iki wis wayahe padha shalat age padha shalat dhisik” yang berarti “ingatlah nak saatnya sholat, mari kita sholat dulu”. Dengan kata elinga ngger maka timbul kata Lengger
Pada zaman dulu, Lengger dipentaskan dalam ritual keagamaan, yang penarinya adalah laki-laki. Hal ini dikarenakan perempuan selalu mendapat haid, sementara untuk ritual keagamaan orang yang melakukan ritual tersebut haruslah suci. Oleh karena itu, para penarinya dipilih laki-laki. Namun, dalam perkembangannya para penari Lengger yang semula dimainkan oleh laki-laki diganti dan disertakan penari perempuan.
Di Wonosobo, Tari Lengger dirintis di Desa Giyanti oleh tokoh kesenian tradisional setempat, yaitu Bapak Gondowinangun pada tahun 1910. Kemudian pada tahun 60-an tarian ini dikembangkan oleh Alm. Ki Hadi Soewarno yang kemudian menjadi tarian khas dihampir seluruh Desa yang ada di Wonosobo, termasuk di Desa penulis yakni Desa Timbang. Kesenian Lengger biasa ditampilkan ketika ada pesta rakyat, Hut RI, merdi desa atau hanya untuk hiburan biasa.
Waktu pentas kesenian Lengger dimulai dari pukul 20.00 sampai 24.00 bahkan ada yang sampai pagi. Sebelum pentas, tari Lengger diawali dengan sajian karawitan gending Patalon sebagai pertanda akan dimulai. Setelah itu dilanjutkan tembang Babadono, pada saat lagu Tolak Balak untuk menolak semua gangguan, seorang pawang tampil dengan membawa sesajen. Setelah sesaji dianggap cukup seorang pawang tersebut membaca mantra sambil membakar kemenyan. Ini semua dimaksudkan untuk meminta kepada roh Endang (roh wanita pelindung mereka) agar mau turut merasuki para pemain dan melindungi semua pemain selama pentas seni Lengger berlangsung, agar terhindar dari gangguan dan marabahaya. Adapun pakaian yang digunakan penari Lengger terdiri dari: jarit, kebaya, pakaian ubetan selendang, bulu diatas kepala.
Dalam setiap pentasnya, setelah penari wanita menarikan tariannya beberapa saat, seringkali muncul penari pria. Penari pria tersebut muncul sebagai pasangan dari penari perempuan, yang seringkali menandakan klimaks pentas Lengger tersebut. Penari pria biasanya sampai kesurupan, kemasukan roh-roh jahat, dan bahkan sampai bisa makan beling atau kaca. Hal semacam inilah yang biasanya menjadi daya tarik para penonton untuk menyaksikan pentas Lengger.
Variasi pada kesenian Lengger adalah adanya barongan. Mirip dengan kesenian barongsai yang berasal dari Tionghoa. Sehari sebelum tampil biasanya alat yang akan digunakan dimagiskan (Ritual) agar orang yang memakai dapat kesurupan
Di Wonosobo pada umumnya Tari Lengger mengalami perubahan yaitu perubahan fungsi dari ritual keagamaan menjadi hiburan saja. Sebagian berpendapat bahwa kesenian lengger tersebut dilarang dipentaskan, apalagi jika pentas tersebut dilakukan di ritual-ritual keagamaan ataupun di tempat-tempat dimana ritual-ritual agama dilaksanakan, seperti di Musholla, Masjid, Majlis Taklim, dll. Namun, ada sebagian yang berpendapat bahwa kesenian Lengger diperbolehkan. Golongan yang berpendapat seperti ini kiranya mencontoh strategi dakwah walisongo, terutama Sunan Kalijaga dalam mendakwahkan Islam. Islam tetap didakwahkan kepada masyarakat dengan cara halus dan perlahan. Masyarakat tetap diperbolehkan melangsungkan pentas Lengger, namun juga diajak untuk melaksanakan ritual-ritual Islam. Masyarakat yang diperbolehkan untuk melakukan pentas Lengger, dapat menerima Islam.
2. Tari Lengger Topeng Jangkrik Genggong
Tari Lengger Topeng Jangkrik Genggong (https://myimage.id)
Menggambarkan tentang pergaulan hidup di masyarakat, penari Topeng Jangkrik Genggong yang kasmaran dengan Lengger (penari perempuan).
Tarian ini diciptakan pada tahun 2017 oleh Waket Prasudi Puger S.Pd yang tergabung dalam Sanggar Satria, terinspirasi dari dari banyaknya ragam topeng pada kesenian Topeng Lengger di Wonosobo, sehingga berniat mengangkat tari topeng ini, yang digarap menjadi sebuat tari topeng yang diharapkan lebih mempunyai karakter.
3. Tari Pesona Carica
Tari Pesona Carica (https://myimage.id)
Merupakan tarian yang menceritakan tentang kegembiraan petani carica di daerah lereng Dieng Wonosobo, dalam bercocok tanam dan mengolah buah carica sebagai bagian dari kehidupan yang tidak bisa dipisahkan oleh masyarakat. Tarian ini diciptakan pada tahun 2015 oleh Waket Prasudi Puger S.Pd yang tergabung dalam Sanggar Satria, Wonosobo.
4. Tarian kuda kepang
Biasanya tari Kuda Kepang dibawakan oleh 11 orang penari dan seorang yang berfungsi sebagai pemimpin (Jawa = Pelandang). Tari Kuda Kepang (Emblek) ini diambil dari legenda Raja Panji (Babad Jenggala, Kediri). Tarian ini mempunyai ritme sedang hingga cepat dan penuh dengan gerakan-gerakan yang energik dan bersemangat. Musik gamelan mengiringi para pemain dalam memerankan tokoh yang ada dalam babad. Dari kostum yang dikenakan hingga komposisi gerak tarian dapat dilihat adanya perbedaan karakter yang dimainkan. Ada yang berperan sebagai seorang prajurit yang sedang latihan perang-perangan dengan menunggang kuda. Ada yang menggambarkan seorang tokoh Adipati atau pangeran yang juga sedang menunggang kuda. Ada juga yang menggambarkan Abdi yang memelihar kuda, mulai dari mengeluarkan kuda dari kandangnya, memandikan kuda sampai melatih kuda berlari dan sebagainya. Tari Kuda Kepang ini dapat disuguhkan di bagian awal maupun di bagian akhir pentas seni lengger.
Komentar
Posting Komentar